Rabu, 23 Maret 2016

MAKALAH LARI JARAK MENENGAH (Sejarah, Teknik, Peraturan, Variasi Latihan)

MAKALAH LARI JARAK MENENGAH (800 METER)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Atletik merupakan aktivitas jasmani yang meliputi berjalan, berlari, melompat dan melempar.  Pada nomor lari dibagi lagi menjadi lari jarak pendek (100 m, 200 m, 400 m), jarak menengah (800m, dan 1500m) , jarak jauh (5000m, 10.000m, dan 42,195 km), lari gawang (100 m, 110 m, dan 400 m), estafet (4x100 m dan 4x400 m), dan halang rintang (3000m). Nomor lompat terdiri dari lompat tinggi, lompat jauh, lompat galah, dan lompat jangkit. Sedangkan nomor lempar terdiri dari lempar cakram, lempar lembing, dan tolak peluru.
Salah satu cabang pada nomor lari yaitu lari jarak menengah mempunyai cara dan gerakan yang  berbeda dengan lari jarak pendek. Hal yang perlu diperhatikan pada lari jarak menengah adalah penyesuaian antara kecepatan dan daya tahan. Antara perlombaan 800 m dan 1500 m mempuyai peraturan yang berbeda.
Atlet jarak menengah harus memahami teknik-teknik yang benar untuk dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dan dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Atlet harus diberikan latihan-latihan yang tepat agar atlet dapat meningkatkan kemampuannya secara progresif serta diberikan macam latihan yang bervariatif dan diberikan permainan-permainan supaya atlet tidak merasa bosan.


B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah sejarah dari atletik?
2.        Bagaimanakah teknik lari jarak menengah 800 m?
3.        Bagaimana peraturan perlombaan untuk lari jarak menengah 800 m?
4.        Bagaimanakah variasi latihan untuk lari jarak menengah 800 m?


C.      Tujuan Makalah
1.             Mengetahui sejarah dari olahraga atletik.
2.             Mendeskripsikan teknik lari jarak menengah 800 m.
3.             Mengerti peraturan perlombaan untuk lari jarak menengah 800 m.
4.             Mengetahui variasi latihan untuk lari jarak menengah 800 m.

BAB II
PEMBAHASAN


A.      Sejarah Atletik
1.        Sejarah Awal
Istilah atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber antara lain bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian berlomba atau bertanding. Misalnya ada istilah pentathlon atau decathlon. Istilah lain yang menggunakan atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis) atau athletik (bahasa Jerman). Istilahnya mirip sama, namun artinya berbeda dengan arti atletik di Indonesia, yang berarti olahraga yang memperlombakan nomor-nomor: jalan, lari, lompat dan lempar. Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan istilah atletik di Indonesia adalah “Leichtatletik” I(Jerman), “Athletismo” (Spanyol), “Olahraga” (Malaysia), dan “Track and Field” (USA).
Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua di dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks. Pada jaman purba, ketika peradaban manusia masih sangat primitif, hukum rimba masih berlaku dimana yang kuat memakan yang lemah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia saat itu harus bertahan dari gangguan binatang buas atau harus berburu binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari makanan berupa umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya tersebut mereka melakukan berbagai ketangkasan seperti: memanjat pohon, melempar, melompat dan berlari. Mereka harus berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus berlari secepat-cepatnya serta terampil dalam melempar atau melompat untuk mendapatkan buruannya atau menghindar dari sergapan binatang buas. Gerakan tersebut merupakan cikal bakal gerakan atletik yang ada sekarang ini. Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam bukunya berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan atletik sudah dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-nama seperti Eurialus, Epius, Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut sebagai jago-jago lomba berkuda, lari dan lempar lembing Odysseus saat itu disebut sebagai jago lempar cakram yang belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus dengan cakramnya diabadikan sebagai symbol atletik dan di Indonesia dipakai sebagai lambang atau logo PASI.

2.        Pada Olympiade Kuno.
Pada tahun 776 SM bangsa Yunani menyelenggarakan pesta olahraga yang dinamakan “Olympiade Kuno” (The Ancient Olympic Games). Tujuan utama pesta olahraga ini adalah sebagai bentuk upacara pemujaan kepada dewa-dewa mereka saat itu di suatu tempat yang khusus. Nomor-nomor yang dipertandingkan dalam Olympiade kuno itu adalah lomba lari, pentathlon, pankration, gulat, tinju dan pacuan kuda. Juara pentathlon (nomor lari cepat, lompat jauh, lempar cakram, lempar lembing dan gulat) dinobatkan sebagai juara olympiade. Untuk lomba lari cepat diselenggarakan pada suatu lintasan lurus di tengah stadion. Pada zaman itu sudah dikenal tiga macam lomba lari yaitu:
1.        Stade yaitu lari cepat pada jalur lurus sepanjang kurang lebih 185 m dilakukan di dalam stadion.
2.        Diaulos yaitu lomba jarak menengah yang jaraknya kurang lebih dua kali stade.
3.        Dolichos yaitu lomba lari jarak jauh yang jaraknya kurang lebih 7 sampai 24 kali stade, yang dilakukan mengelilingi stadion.
Sampai kini kompleks bekas tempat penyelenggaraan Olympiade kuno tersebut masih terpelihara dengan baik dan orsinil, walaupun hanya berupa puing-puingnya saja. Upaya untuk merehabilitasi peninggalan sejarah itu juga sangat besar, namun lebih besar lagi upaya untuk memelihara keaslian dari peninggalan sejarah tersebut. Sehingga sampai kini tempat tersebut menjadi kebanggaan masyarakat dunia yang tak pernah sepi dari kunjungan wisata.
Pada tahun 186 SM bentuk olahraga atletik sempat dilupakan, pada saat itu yang berkuasa adalah kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi lebih banyak yang menyenangi “Gladiator”, yaitu olahraga yang memperlihatkan adu kejantanan, adu pedang dan pertarungan yang kadang-kadang sampai mati. Mulai tahun 1154 Masehi kegiatan olahraga atletik mengalami pasang surut. Kegiatan dan club-club atletik mulai menyebar ke luar Eropa dimulai dari Kerajaan Inggris, terus ke Amerika, New Zealand, Belgia, Afrika Selatan, Norwegia, Hungaria, Finlandia dan ke negara-negara lainnya. Pada tahun 1912 pada saat penyelenggaraan Olympiade Modern yang ke 5, yang di adakan di Stockholm Swedia, diadakan kongres dalam rangka membentuk Federasi Atletik Dunia yang kemudian lahirlah Federasi itu dengan nama IAAF (International Athletic Amateur Federation).

3.        Sejarah Singkat Atletik di Indonesia
Awal sejarah Atletik di Indonesia tercatat pada permulaan tahun 1930-an, ketika Pemerintah Hindia Belanda memasukkan Atletik sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah. Di kalangan masyarakat pada waktu itu cabang olahraga ini belum tersebar luas, karena hanya dikenal di lingkungan pendidikan saja. Walaupun demikian, masyarakat lambat laun mengenal sifat dan manfaat Atletik ini dan dari hari ke hari penggemarnya bertambah.
Oleh kalangan Belanda telah dibentuk sebuah organisasi, yang akan menangani penyelenggaraan pertandingan-pertandingan Atletik dengan nama Nederlands Indische Athletiek Unie (NIAU). Di Medan pada tahun 1930–an juga telah berdiri sebuah Organisasi bernama Sumatera Athletiek Bond (SAB), yang menyelenggarakan perlombaan-perlombaan Atletik antar sekolah Mulo, HBS dan perguruan-perguruan swasta. Perkembangan Atletik di Pulau Jawa ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi Atletik seperti ISSV Hellas dan IAC di Jakarta, PAS di Surabaya dan ABA di Surakarta.
Dalam mengikuti sejarah pertumbuhan dan perkembangan Atletik diperoleh kesimpulan bahwa Atletik Indonesia masih berumur setahun jagung. Akan tetapi berkat perananan NIAU pada zaman Belanda telah tampil bintang-bintang Atletik Indonesia yang dapat diandalkan, seperti Effendi Saleh, Tomasoa, Mochtar Saleh, M. Murbambang, Harun Al Rasyid, Mohd. Abdulah dan F.G.E. Rorimpandey.
Dengan mencapai loncatan setinggi 1,86 m, Harun Al Rasyid berhasil mencetak prestasi yang mengagumkan, sedang Nur Bambang dengan kecepatan 10.8 detik dalam lari 100 m mengukir prestasi terbaik di Indonesia.
Baik hasil yang telah dicapai oleh Harun Al Rasyid maupun hasil Nurbambang baru belasan dan puluhan tahun dapat diperbaiki oleh atlet-atlet Indonesia. Selama pendudukan Jepang kegiatan cabang olahraga Atletik praktis terhenti. Dengan terbentuknya Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada awal tahun 1946, bagian Atletik dalam PORI segera menghidupkan kegiatan cabang olahraga menuju perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia yang baru merdeka.
Usaha nyata dibuktikan dengan terbentuknya Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) pada tanggal 3 September 1950 di Semarang. Kegiatan pertama tercatat pada akhir tahun 1950 juga dengan mengadakan perlombaan Atletik di Bandung.
Perlombaan tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai persiapan atlet-atlet Indonesia menghadapi Asian Games I pada tahun 1951 di New Delhi. Organisasi Induk PASI telah diterima sebagai anggota Atletik Internasional (IAAF).

B.       Teknik Lari Jarak Menengah 800 meter
1.        Teknik Start Lari Jarak Menengah 800 meter
Start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 m adalah start berdiri, yang aba-abanya hanya “bersedia” dan “ya”.
Teknik start berdiri untuk lari jarak menengah yaitu:
a.         Aba – aba “bersedia”
Pelari bersiap berdiri di belakang garis start dengan kaki dibuka selabar bahu dan menempatkan salah satu kaki di depan. Berdiri dengan jari kaki untuk kaki belakang dan dengan telapak kaki untuk kaki depan. Kemudian condongkan badan ke depan dan kedua lengan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan penempatan kaki.
b.        Aba – aba “ya“
Segera lari menempuh jarak yang ditentukan.

2.        Teknik Lari Jarak Menengah 800 meter
a.         Pada saat berlari otot punggung dan otot dada tidak ada tekanan (rileks).
b.        Badan tegak lurus, apabila badan condong kedepan terjadi penekanan pada otot punggung sehinga teknik lari dan frekuensi langkah tidak efektif.
c.         Kepala segaris dengan punggung dan pandangan kedepan lintasan. Apabila kepala menengadah atau menunduk, akan ada hambatan pada laju lari.
d.        Lengan diayunkan secara rileks hanya dengan sedikit tekanan agar frekuensi langkah kaki dapat maksimal, lengan diayunkan kedepan sampai ketinggian bahu dan kebelakang sampai panggul, dan diayunkan tidak menjauhi  badan.
e.         Jari-jari tangan dikepalkan dan rileks.
f.         Pada waktu menggerakkan tungkai bawah dari belakang ke depan tidak terlalu tinggi,  kaki belakang segera diangkat keatas bukan ke belakang.
g.        Mengayunkan lutut kedepan tidak setinggi pinggul
h.        Pendaratan pada ujung kaki - tumit dan menolak dengan ujung kaki
i.          Sejak dari start gerakan lari agak lebih relaks dan tidak dilakukan secara maksimal seperti pada sprint, baru setelah mendekati finish langkah mulai dipercepat.

3.        Teknik Lari Jarak Menengah Saat Melewati Tikungan, yaitu:    
a.         Berlari pada garis lintasan sebelah kiri
b.        Putarkan keduan bahu ke kiri, kepala juga miring ke kiri
c.         Sudut lengan kanan lebih besar daripada lengan kiri
4.        Teknik Memasuki Garis Finish
a.         Berlari secepatnya tanpa mengurangi kecepatan dan mengubah sikap.
b.        Dada dicondongkan ke depan atau kepala ditundukkan.
c.         Kedua tangan diayunkan lurus ke belakang.
d.        Salah satu bahu maju ke depan (dada diputar ke salah satu sisi).

5.        Analisis gerakan berdasarkan anatomi
a.         Otot (musculus) pada gerak lari
1)        Saat start otot yang paling berperan adalah otot bagian extremitas inferior, pada aba-aba bersedia, otot yang digunakan adalah musculus tibialis anterior, gastrocnemius, soleus, extensor hallucis brevis, dan extensor digitorum brevis.
2)        Saat mengayunkan lengan kebelakang otot yang digunakan adalah musculus deltoideus dan  musculus triceps brachii.
3)        Saat mengayunkan lengan kedepan otot yang digunakan adalah musculus deltoideus, dan musculus biceps brachii.
4)        Saat kaki mengayun menggunakan musculus quadriceps femoris (terdiri dari m rectus femoris, vastus lateral, vastus medial, dan sartorius), biceps femoris, tibialis anterior, gastrocnemius, dan soleus, extensor digitorum lingus, dan extensor hallucis longus.
5)        Saat kaki menapak tanah menggunakan musculus extensor digitorum brevis, extensor hallucis brevis, abductor digiti minimi, flexor digitorum brevis, dan flexor hallucis brevis.

b.        Sendi (articulatio) pada gerak lari
1)        Articulatio humeri
2)        Articulatio cubiti ( articulatio humeroulnaris pada tulang humerus dan ulna, articulatio humeroradialis pada tulang humerus dan radialis)
3)        Articulatio coxae (sendi pada acetabulum dan femur)
4)        Articulatio genus ( sendi pada tulang patella, femur, dan tibia)
5)        Articulatio talocruralis ( sendi pada tulang tibia dan talus)

C.      Peraturan Perlombaan Lari Jarak Menengah 800 meter
1.        Peralatan dan perlengkapan
a.         Pakaian
Dalam semua event, atlet harus mengenakan pakaian yang bersih, dan dengan desain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan keberatan saat  dipakai. Pakaian harus terbuat dari bahan yang tidak transparan bahkan  saat basah. Atlet tidak boleh memakai pakaian yang dapat mengganggu pandangan para Judge.  Dalam  semua lomba tentang tanding antar negara, atlet harus berlomba dengan mengenakan pakaian seragam yang disahkan oleh Badan  Nasionalnya. Pada  semua perlombaan atlet harus berlomba dengan mengenakan pakaian seragam nasional atau seragam Klub yang disahkan secara resmi oleh Badan Nasionalnya.Berkaitan dengan masalah pakaian,Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) dan  victory lap (lari kemenangan) merupakan bagian dari perlombaan.
b.        Sepatu
Atlet boleh berlomba dengan kaki telanjang atau memakai sepatu pada satu atau kedua kakinya. Dalam perlombaan sepatu berfungsi untuk memberikan perlindungan dan keseimbangan pada kaki dan cengkeraman yang kokoh pada tanah. Tetapi sepatu   tidak boleh dibuat untuk memberi bantuan tambahan yang tak diperkenankan bagi sipemakai.Tali sepatu yang melilit kura-kura kaki diizinkan. Semua macam sepatu perlombaan  harus disahkan oleh IAAF.
c.         Jumlah paku
Sol dan tumit sepatu harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat dipasangi sampai dengan 11 buah paku. Jumlah paku sampai dengan 11 buah dapat digunakan, tetapi jumlah  posisi paku tidak boleh melebihi 11 buah. 
d.        Ukuran paku
Apabila perlombaan dilaksanakan pada permukaan sinte­tik, maka tiap bagian paku yang mencuat dari sol atau tumit tidak boleh melebihi 9 mm kecuali pada event loncat tinggi dan lempar lembing, tidak boleh melebihi 12 mm. Paku-paku tersebut memiliki diameter maksimum 4 mm. Untuk permukaan non sintetik, panjang maksimum paku 25 mm dan diameter maksimum 4 mm.
e.         Sol dan Tumit.
Sol dan/atau tumit sepatu boleh memiliki alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan asalkan semuanya dibuat dari bahan yang sama atau mirip dengan sol itu sendiri. Pada  event lainnya tebal bagian sol dan/atau tumit boleh berapa saja. Tebal sol dan tumit adalah jarak antara sisi atas bagian dalam dan sisi bawah bagian luar, termasuk bagian-bagian alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan tersebut dan termasuk segala macam bentuk dari bagian sol yang lepas dalam sepatu.
f.         Tambahan & Sisipan pada sepatu.
Atlet lomba tidak boleh menggunakan alat-alat tambahan, baik di dalam maupun di luar sepatu, yang berdampak menambah ketebalan sol melebihi tebal maximum yang diizinkan, atau yang dapat memberi keuntungan kepada sipemakai yang tidak akan diperoleh dari tipe sepatu yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
g.        Nomor Bib (Number Bibs)
Setiap atlet memperoleh dua nomor bib  yang selama perlombaan harus dipasang dengan jelas di dada dan punggung. Nomor  bib harus sesuai dengan nomor yang tercantum di dalam Buku Program Perlombaan. Bila atlet mengenakan trainingspak untuk berlomba, nomor bib harus dipasang pada trainingspak tersebut dengan cara yang sama
Nomor bib harus dipakai sebagaimana aslinya, dan tidak boleh dipotong, dilipat atau dikaburkan sedemikian rupa. Apabila alat foto finis sedang dioperasikan dalam lomba ini, maka  Panitia Penyelenggara dapat meminta para atlet untuk memasang identifikasi nomor tambahan  yang dapat melekat pada bagian samping celananya. Atlet tidak  diperkenankan berlomba tanpa memasang nomor bib dan/atau identifikasi yang berlaku baginya.
                                 
2.        Start
a.         Dalam lomba lebih dari 400m  aba-abanya adalah  “on your mark”  ("Bersedia”) dan jika semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah diaktifkan.
b.        Seorang atlet setelah mengambil posisi sesuai dengan aba-aba, tidak boleh memulai gerakan startnya sebelum tembakan pistol atau diaktifkannya alat start yang disahkan. Jika menurut  Starter atau Recaller, atlet melakukannya lebih awal, maka hal tersebut dianggap sebagai start salah.
c.         Hal berikut juga harus dianggap sebagai start salah, jika menurut Starter :
d.        Seorang atlet gagal mentaati aba-aba “bersedia” atau “siap”  setelah suatu tengat waktu yang layak.
e.         Seorang atlet setelah aba-aba “bersedia”  mengganggu atlet lainnya dengan menggunakan suara atau cara lainnya.
f.         Dalam praktek, bila satu atlet atau lebih berbuat start salah, atlet yang lain cenderung mengikutinya sehingga seharusnya tiap atlet yang melakukan hal demikian juga telah membuat start salah. Starter hanya akan memberi peringatan kepada atlet yang berbuat demikian yang menurut pendapatnya bertanggung jawab terhadap start salah. Hal ini  bisa saja terjadi terhadap lebih dari satu orang atlet yang harus diberi peringatan. Bila start-salah itu bukan karena kesalahan atlet, tidak ada peringatan yang perlu diberikan, dan ‘kartu-hijau’  harus ditunjukkan kepada semua atlet.
g.        Starter atau Recaller yang berpendapat bahwa suatu start telah berlangsung dengan tidak jujur, dia harus memanggil kembali atlet dengan menembakkan pistol  startnya lagi.    
h.        Garis start lengkung terpisah harus dibuat sedemikian rupa sehingga semua atlet akan menempuh jarak yang sama.

3.        Perlombaan
a.         Dalam perlombaan event 800 m  harus dilarikan pada lintasan terpisah sampai sejauh sisi terdekat “breakline” setelah tikungan pertama tempat atlet boleh meninggalkan lintasannya masing-masing. Breakline merupakan garis lengkung selebar 5 cm, melintang track, dan ujung-ujungnya ditandai dengan bendera setinggi minimal 1,50 m, ditancapkan di luar track 30 cm dari garis lintasan terdekat.
b.        Untuk membantu atlet mengenali breakline,  keru­cut atau prisma kecil (5cmx5cm), dan tingginya tak lebih dari 15 cm dengan warna yang berbeda dari breakline dan garis lintasan, dapat ditempatkan pada  garis lintasan tepat sebelum perpotongan garis lintasan dengan breakline.
c.         Atlet lomba yang mendesak atau menghalangi atlet lain, sehingga menghambat gerak majunya, dapat dikenakan diskualifikasi dari event tersebut. Wasit memiliki wewenang untuk mengulang kembali lomba tanpa mengikut sertakan tiap atlet yang didiskualifikasi atau, dalam kasus seri, memperbolehkan atlet yang terkena akibatnya secara serius (selain yang dikenai diskualifikasi), untuk ikut berlomba dalam babak berikutnya pada event tersebut.

4.        Babak dan Seri:
a.         Babak penyisihan (seri) harus diadakan dalam event lintasan, jika jumlah  atlet terlalu banyak untuk dilaksanakan dalam satu babak (final). Apabila babak penyisihan ini dilakukan, semua atlet harus berlomba dalam babak ini untuk dapat lolos ke babak berikutnya.
b.        Untuk event 100m sampai dengan 800m, dan estafet sampai dengan dan termasuk 4x400m, jika ada beberapa babak yang berurutan dari suatu lomba, maka dalam babak pertama urutan lintasan harus diundi, untuk babak berikutnya, atlet ditentukan peringkatnya setelah tiap babak. Dua undian harus dibuat:
a)        Satu untuk empat atlet atau tim dengan peringkat terbaik untuk menempati lintasan 3, 4, 5, dan 6.
b)        Satu lagi untuk  empat atlet atau tim dengan peringkat lebih rendah untuk menempati  lintasan: 1, 2, 7, dan 8.

D.      Variasi Latihan Lari Jarak Menengah 800 meter
1.        Variasi Latihan
Pada lari jarak menengah terdapat jenis-jenis latihan yang digunakan untuk mengoptimalkan kemempuan yang dimiliki. Jenis latihan tersebut adalah:
a.         Latihan daya tahan:
1)   Jog-straigth 150 m, 45 menit
2)   Fartlek 60 menit
3)   Piramida (100m, 200m, 300m, 400m) 3 repetisi
b.        Latihan kecepatan:
1)   Akselerasi 150 m dan 200 m, 4 set
2)   150 m dan 80 m, 4 set
c.         Latihan daya tahan dan kecepatan:
1)   300 m, 8 repetisi
2)   600m, 1 repetisi dan 150m dan 200m 4 repetisi
d.        Latihan kekuatan:
Circuit training dan weight training
e.         Latihan teknik:
1)   Jump drill (naik turun tangga, lompat tangga, lompat kun/gawang)
2)   Ayunan lengan (ayunan ditempat, ayunan satu tangan, ayunan lengan secara bersama)
3)   Koordinasi lari:
a)    High Kness (angkat paha), rendah - sedang – tinggi
b)   Skip kicks (angkat paha, paha diangkat kemudian kaki diluruskan kedepan)
c)    Butt Kicks (angkat paha, tungkai menyentuh pantat)
d)   High Skipping (angkat paha dengan lompatan)
e)    Lari kijang
f)    Kaki dilemparkan kedepan (kaki lurus)


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.        Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam bukunya berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan atletik sudah dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-nama seperti Eurialus, Epius, Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut sebagai jago-jago lomba berkuda, lari dan lempar lembing Odysseus saat itu disebut sebagai jago lempar cakram yang belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus dengan cakramnya diabadikan sebagai symbol atletik dan di Indonesia dipakai sebagai lambang atau logo PASI.
2.        Gerakan lari jarak menengah berbeda dengan lari jarak pendek. Lari jarak menengah gerakan lengan hanya sedikit tekanan, kaki tidak diangkat terlalu tinggi, dan pendaratan kaki pada ujung-tumit kaki.
3.        Dalam lomba lebih dari 400m  aba-abanya adalah  “on your mark”  ("Bersedia”) dan jika semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah diaktifkan. Dalam perlombaan 800 m  harus dilarikan pada lintasan terpisah setelah tikungan pertama tempat atlet boleh meninggalkan lintasannya masing-masing.
4.        Latihan yang diberikan harus bervariasi dan diberikan juga bermacam-macam permainan untuk mendukung atlet lebih bersemangat dan tidak merasa bosan dalam menjalankan latihan.

B.       Saran
Untuk pelatih sebaiknya memberikan latihan-latihan yang bervariasi dan menambah wawasan tentang program latihan, agar atlet tidak merasa bosan dan dapat meningkatkan kemampuan secara progresif. Juga memberikan teknik-teknik yang benar kepada atlet, tidak hanya memerikan latihan tanpa memperhatihan teknik.



DAFTAR RUJUKAN

Permana, Asepta Yoga. 2008. Bermain dan Olahraga Atletik. Surabaya: Insan Cendekia.
Bahagia, Yoyo. Pembelajaran Atletik. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/194903161972111-YOY)O_BAHAGIA/PEMBELAJARAN_ATLETIK_(BUKU).pdf., diakses pada 4 April 2014).
Medler. 1996. Buku Pedoman Lomba Atletik. Stadion Madya:__.
Rivai, Muhammad. 2010. Sejarah Atletik. (Online), (http://palesport.wordpress.com/2010/11/30/sejarah-atletik/, diakses pada 13 April 2014).
Hafni. 2014. Pembelajaran Teknik Lari Jarak Menengah. (Online), (http://www.materi-sma.com/2014/03/penjelasan-teknik-lari-jarak-menengah.html, diakses pada 13 April 2014.




MAKALAH LARI JARAK MENENGAH (Sejarah, Teknik, Peraturan, Variasi Latihan)

MAKALAH LARI JARAK MENENGAH (800 METER) BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Atletik merupakan aktivitas jasmani yang ...