MAKALAH LARI JARAK MENENGAH (800 METER)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Atletik merupakan aktivitas jasmani
yang meliputi berjalan, berlari, melompat dan melempar. Pada nomor lari dibagi lagi menjadi lari jarak
pendek (100 m, 200 m, 400 m), jarak menengah (800m, dan 1500m) , jarak jauh (5000m,
10.000m, dan 42,195 km), lari gawang (100 m, 110 m, dan 400 m), estafet (4x100 m
dan 4x400 m), dan halang rintang (3000m). Nomor lompat terdiri dari lompat
tinggi, lompat jauh, lompat galah, dan lompat jangkit. Sedangkan nomor lempar
terdiri dari lempar cakram, lempar lembing, dan tolak peluru.
Salah satu cabang pada nomor lari
yaitu lari jarak menengah mempunyai cara dan gerakan yang berbeda dengan lari jarak pendek. Hal yang
perlu diperhatikan pada lari jarak menengah adalah penyesuaian antara kecepatan
dan daya tahan. Antara perlombaan 800 m dan 1500 m mempuyai peraturan yang
berbeda.
Atlet jarak menengah harus memahami
teknik-teknik yang benar untuk dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dan
dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Atlet harus diberikan
latihan-latihan yang tepat agar atlet dapat meningkatkan kemampuannya secara
progresif serta diberikan macam latihan yang bervariatif dan diberikan
permainan-permainan supaya atlet tidak merasa bosan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah dari atletik?
2.
Bagaimanakah teknik lari jarak menengah
800 m?
3.
Bagaimana peraturan perlombaan untuk
lari jarak menengah 800 m?
4.
Bagaimanakah variasi latihan untuk lari
jarak menengah 800 m?
C.
Tujuan
Makalah
1.
Mengetahui sejarah dari olahraga
atletik.
2.
Mendeskripsikan teknik lari jarak
menengah 800 m.
3.
Mengerti peraturan perlombaan untuk lari
jarak menengah 800 m.
4.
Mengetahui variasi latihan untuk lari
jarak menengah 800 m.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Atletik
1.
Sejarah Awal
Istilah
atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber antara lain
bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian
berlomba atau bertanding. Misalnya ada istilah pentathlon atau decathlon.
Istilah lain yang menggunakan atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis) atau athletik (bahasa Jerman). Istilahnya mirip
sama, namun artinya berbeda dengan arti atletik di Indonesia, yang berarti olahraga yang
memperlombakan nomor-nomor: jalan, lari, lompat dan lempar. Istilah
lain yang mempunyai arti sama dengan istilah atletik di Indonesia adalah “Leichtatletik” I(Jerman), “Athletismo”
(Spanyol), “Olahraga” (Malaysia),
dan “Track and Field” (USA).
Atletik
yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua di
dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak
adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah
dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan
dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari
gerak yang sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks. Pada
jaman purba, ketika peradaban manusia masih sangat primitif, hukum rimba masih
berlaku dimana yang kuat memakan yang lemah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia saat itu harus bertahan dari gangguan binatang buas atau harus berburu
binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari makanan berupa
umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya tersebut mereka melakukan berbagai
ketangkasan seperti: memanjat pohon, melempar, melompat dan berlari. Mereka
harus berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus berlari secepat-cepatnya
serta terampil dalam melempar atau melompat untuk mendapatkan buruannya atau
menghindar dari sergapan binatang buas. Gerakan tersebut merupakan cikal bakal
gerakan atletik yang ada sekarang ini. Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam bukunya berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan
atletik sudah dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-nama seperti Eurialus, Epius,
Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut sebagai jago-jago lomba
berkuda, lari dan lempar lembing Odysseus saat itu disebut sebagai jago
lempar cakram yang belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus
dengan cakramnya diabadikan sebagai symbol atletik dan di Indonesia dipakai
sebagai lambang atau logo PASI.
2.
Pada Olympiade Kuno.
Pada
tahun 776 SM bangsa Yunani menyelenggarakan pesta olahraga yang dinamakan “Olympiade Kuno” (The Ancient Olympic Games). Tujuan utama pesta
olahraga ini adalah sebagai bentuk upacara pemujaan kepada dewa-dewa mereka
saat itu di suatu tempat yang khusus. Nomor-nomor yang dipertandingkan dalam
Olympiade kuno itu adalah lomba lari, pentathlon, pankration, gulat, tinju dan
pacuan kuda. Juara pentathlon (nomor lari cepat, lompat jauh, lempar cakram,
lempar lembing dan gulat) dinobatkan sebagai juara olympiade. Untuk lomba lari
cepat diselenggarakan pada suatu lintasan lurus di tengah stadion. Pada zaman
itu sudah dikenal tiga macam lomba lari yaitu:
1.
Stade yaitu
lari cepat pada jalur lurus sepanjang kurang lebih 185 m dilakukan di dalam
stadion.
2.
Diaulos yaitu
lomba jarak menengah yang jaraknya kurang lebih dua kali stade.
3.
Dolichos yaitu
lomba lari jarak jauh yang jaraknya kurang lebih 7 sampai 24 kali stade, yang
dilakukan mengelilingi stadion.
Sampai kini kompleks bekas tempat
penyelenggaraan Olympiade kuno tersebut masih terpelihara dengan baik dan
orsinil, walaupun hanya berupa puing-puingnya saja. Upaya untuk merehabilitasi
peninggalan sejarah itu juga sangat besar, namun lebih besar lagi upaya untuk
memelihara keaslian dari peninggalan sejarah tersebut. Sehingga sampai kini
tempat tersebut menjadi kebanggaan masyarakat dunia yang tak pernah sepi dari
kunjungan wisata.
Pada tahun 186 SM bentuk olahraga atletik sempat dilupakan, pada saat itu
yang berkuasa adalah kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi lebih banyak yang
menyenangi “Gladiator”, yaitu
olahraga yang memperlihatkan adu kejantanan, adu pedang dan pertarungan yang
kadang-kadang sampai mati. Mulai tahun 1154 Masehi kegiatan olahraga atletik
mengalami pasang surut. Kegiatan dan club-club atletik mulai menyebar ke luar
Eropa dimulai dari Kerajaan Inggris, terus ke Amerika, New Zealand, Belgia,
Afrika Selatan, Norwegia, Hungaria, Finlandia dan ke negara-negara lainnya.
Pada tahun 1912 pada saat
penyelenggaraan Olympiade Modern yang ke 5, yang di adakan di Stockholm Swedia,
diadakan kongres dalam rangka membentuk Federasi Atletik Dunia yang kemudian
lahirlah Federasi itu dengan nama IAAF (International Athletic Amateur Federation).
3.
Sejarah Singkat Atletik di Indonesia
Awal sejarah Atletik di Indonesia tercatat pada permulaan
tahun 1930-an, ketika Pemerintah Hindia Belanda memasukkan Atletik sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah. Di kalangan masyarakat pada waktu
itu cabang olahraga ini belum tersebar luas, karena hanya dikenal di lingkungan
pendidikan saja. Walaupun demikian, masyarakat lambat laun mengenal sifat dan
manfaat Atletik ini dan dari hari ke hari penggemarnya bertambah.
Oleh kalangan Belanda telah dibentuk sebuah organisasi, yang
akan menangani penyelenggaraan pertandingan-pertandingan Atletik dengan nama
Nederlands Indische Athletiek Unie (NIAU). Di Medan pada tahun 1930–an juga
telah berdiri sebuah Organisasi bernama Sumatera Athletiek Bond (SAB), yang
menyelenggarakan perlombaan-perlombaan Atletik antar sekolah Mulo, HBS dan
perguruan-perguruan swasta. Perkembangan Atletik di Pulau Jawa ditandai dengan
berdirinya organisasi-organisasi Atletik seperti ISSV Hellas dan IAC di
Jakarta, PAS di Surabaya dan ABA di Surakarta.
Dalam mengikuti sejarah pertumbuhan dan perkembangan Atletik
diperoleh kesimpulan bahwa Atletik Indonesia masih berumur setahun jagung. Akan
tetapi berkat perananan NIAU pada zaman Belanda telah tampil bintang-bintang
Atletik Indonesia yang dapat diandalkan, seperti Effendi Saleh, Tomasoa,
Mochtar Saleh, M. Murbambang, Harun Al Rasyid, Mohd. Abdulah dan F.G.E.
Rorimpandey.
Dengan mencapai loncatan setinggi 1,86 m, Harun Al Rasyid berhasil
mencetak prestasi yang mengagumkan, sedang Nur Bambang dengan kecepatan 10.8
detik dalam lari 100 m mengukir prestasi terbaik di Indonesia.
Baik hasil yang telah dicapai oleh Harun Al Rasyid maupun
hasil Nurbambang baru belasan dan puluhan tahun dapat diperbaiki oleh
atlet-atlet Indonesia. Selama pendudukan Jepang kegiatan cabang olahraga
Atletik praktis terhenti. Dengan terbentuknya Persatuan Olahraga Republik
Indonesia (PORI) pada awal tahun 1946, bagian Atletik dalam PORI segera
menghidupkan kegiatan cabang olahraga menuju perkembangan dan kemajuan bangsa
Indonesia yang baru merdeka.
Usaha nyata dibuktikan dengan terbentuknya Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia (PASI) pada tanggal 3 September 1950 di Semarang. Kegiatan
pertama tercatat pada akhir tahun 1950 juga dengan mengadakan perlombaan
Atletik di Bandung.
Perlombaan tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai persiapan
atlet-atlet Indonesia menghadapi Asian Games I pada tahun 1951 di New Delhi.
Organisasi Induk PASI telah diterima sebagai anggota Atletik Internasional
(IAAF).
B.
Teknik
Lari Jarak Menengah 800 meter
1.
Teknik Start Lari Jarak Menengah 800
meter
Start yang
digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 m adalah start berdiri, yang aba-abanya hanya “bersedia” dan “ya”.
Teknik start berdiri untuk lari
jarak menengah yaitu:
a.
Aba – aba “bersedia”
Pelari
bersiap berdiri di belakang garis start dengan kaki dibuka selabar bahu dan
menempatkan salah satu kaki di depan. Berdiri dengan jari kaki untuk kaki
belakang dan dengan telapak kaki untuk kaki depan. Kemudian condongkan badan ke
depan dan kedua lengan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan penempatan
kaki.
b.
Aba – aba “ya“
Segera lari
menempuh jarak yang ditentukan.
2.
Teknik Lari Jarak Menengah 800 meter
a.
Pada saat berlari otot punggung dan otot
dada tidak ada tekanan (rileks).
b.
Badan tegak lurus, apabila badan condong
kedepan terjadi penekanan pada otot punggung sehinga teknik lari dan frekuensi
langkah tidak efektif.
c.
Kepala segaris dengan punggung dan
pandangan kedepan lintasan. Apabila kepala menengadah atau menunduk, akan ada
hambatan pada laju lari.
d.
Lengan diayunkan secara rileks hanya
dengan sedikit tekanan agar frekuensi langkah kaki dapat maksimal, lengan
diayunkan kedepan sampai ketinggian bahu dan kebelakang sampai panggul, dan
diayunkan tidak menjauhi badan.
e.
Jari-jari tangan dikepalkan dan rileks.
f.
Pada waktu menggerakkan tungkai bawah
dari belakang ke depan tidak terlalu tinggi,
kaki belakang segera diangkat keatas bukan ke belakang.
g.
Mengayunkan lutut kedepan tidak setinggi
pinggul
h.
Pendaratan pada ujung kaki - tumit dan
menolak dengan ujung kaki
i.
Sejak dari start gerakan lari agak lebih
relaks dan tidak dilakukan secara maksimal seperti pada sprint, baru setelah
mendekati finish langkah mulai dipercepat.
3.
Teknik Lari Jarak Menengah Saat Melewati
Tikungan, yaitu:
a.
Berlari pada garis lintasan sebelah kiri
b.
Putarkan keduan bahu ke kiri, kepala
juga miring ke kiri
c.
Sudut lengan kanan lebih besar daripada
lengan kiri
4.
Teknik Memasuki Garis Finish
a.
Berlari secepatnya tanpa mengurangi kecepatan dan mengubah
sikap.
b.
Dada dicondongkan ke depan atau kepala
ditundukkan.
c.
Kedua tangan diayunkan lurus ke
belakang.
d.
Salah satu bahu maju ke depan (dada
diputar ke salah satu sisi).
5.
Analisis gerakan berdasarkan anatomi
a.
Otot (musculus) pada gerak lari
1)
Saat start otot yang paling berperan
adalah otot bagian extremitas inferior,
pada aba-aba bersedia, otot yang digunakan adalah musculus tibialis anterior, gastrocnemius, soleus, extensor hallucis
brevis, dan extensor digitorum brevis.
2)
Saat mengayunkan lengan kebelakang otot
yang digunakan adalah musculus deltoideus
dan musculus triceps brachii.
3)
Saat mengayunkan lengan kedepan otot
yang digunakan adalah musculus
deltoideus, dan musculus biceps brachii.
4)
Saat kaki mengayun menggunakan musculus quadriceps femoris (terdiri dari m
rectus femoris, vastus lateral, vastus medial, dan sartorius), biceps femoris,
tibialis anterior, gastrocnemius, dan soleus, extensor digitorum lingus, dan
extensor hallucis longus.
5)
Saat kaki
menapak tanah menggunakan musculus
extensor digitorum brevis, extensor hallucis brevis, abductor digiti minimi,
flexor digitorum brevis, dan flexor hallucis brevis.
b.
Sendi (articulatio) pada gerak lari
1)
Articulatio
humeri
2)
Articulatio
cubiti ( articulatio
humeroulnaris pada tulang humerus
dan ulna, articulatio humeroradialis pada tulang humerus dan radialis)
3)
Articulatio
coxae (sendi pada acetabulum dan femur)
4)
Articulatio
genus ( sendi pada tulang patella, femur, dan tibia)
5)
Articulatio
talocruralis ( sendi pada tulang tibia dan talus)
C.
Peraturan
Perlombaan Lari Jarak Menengah 800 meter
1.
Peralatan dan perlengkapan
a.
Pakaian
Dalam semua
event, atlet harus mengenakan pakaian yang bersih, dan dengan desain sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan keberatan saat dipakai. Pakaian harus terbuat
dari bahan yang tidak transparan bahkan saat basah. Atlet tidak boleh
memakai pakaian yang dapat mengganggu pandangan para Judge. Dalam semua lomba tentang tanding
antar negara, atlet harus berlomba dengan mengenakan pakaian seragam yang
disahkan oleh Badan Nasionalnya. Pada semua perlombaan atlet harus
berlomba dengan mengenakan pakaian seragam nasional atau seragam Klub yang
disahkan secara resmi oleh Badan Nasionalnya.Berkaitan dengan masalah
pakaian,Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) dan
victory lap (lari kemenangan) merupakan bagian dari perlombaan.
b.
Sepatu
Atlet
boleh berlomba dengan kaki telanjang atau memakai sepatu pada satu atau kedua
kakinya. Dalam perlombaan sepatu berfungsi untuk memberikan perlindungan dan
keseimbangan pada kaki dan cengkeraman yang kokoh pada tanah. Tetapi sepatu
tidak boleh dibuat untuk memberi bantuan tambahan yang tak diperkenankan
bagi sipemakai.Tali sepatu yang melilit kura-kura kaki diizinkan. Semua macam
sepatu perlombaan harus disahkan oleh
IAAF.
c.
Jumlah paku
Sol
dan tumit sepatu harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat dipasangi sampai
dengan 11 buah paku. Jumlah paku sampai dengan 11 buah dapat digunakan, tetapi
jumlah posisi paku tidak boleh melebihi 11 buah.
d.
Ukuran paku
Apabila
perlombaan dilaksanakan pada permukaan sintetik, maka tiap bagian paku yang
mencuat dari sol atau tumit tidak boleh melebihi 9 mm kecuali pada event loncat
tinggi dan lempar lembing, tidak boleh melebihi 12 mm. Paku-paku tersebut
memiliki diameter maksimum 4 mm. Untuk permukaan non sintetik, panjang maksimum
paku 25 mm dan diameter maksimum 4 mm.
e.
Sol dan Tumit.
Sol
dan/atau tumit sepatu boleh memiliki alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan
asalkan semuanya dibuat dari bahan yang sama atau mirip dengan sol itu sendiri.
Pada event lainnya tebal bagian sol dan/atau tumit boleh berapa saja. Tebal sol dan tumit
adalah jarak antara sisi atas bagian dalam dan sisi bawah bagian luar, termasuk
bagian-bagian alur, gerigi, lekukan, atau tonjolan tersebut dan termasuk segala
macam bentuk dari bagian sol yang lepas dalam sepatu.
f.
Tambahan & Sisipan
pada sepatu.
Atlet
lomba tidak boleh menggunakan alat-alat tambahan, baik di dalam maupun di luar
sepatu, yang berdampak menambah ketebalan sol melebihi tebal maximum yang
diizinkan, atau yang dapat memberi keuntungan kepada sipemakai yang tidak akan
diperoleh dari tipe sepatu yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
g.
Nomor Bib (Number Bibs)
Setiap
atlet memperoleh dua nomor bib yang
selama perlombaan harus dipasang dengan jelas di dada dan punggung. Nomor
bib harus sesuai dengan nomor yang tercantum di dalam Buku Program
Perlombaan. Bila atlet mengenakan trainingspak
untuk berlomba, nomor bib harus dipasang pada trainingspak tersebut dengan cara yang sama
Nomor
bib harus dipakai sebagaimana aslinya, dan tidak boleh dipotong, dilipat atau
dikaburkan sedemikian rupa. Apabila
alat foto finis sedang dioperasikan dalam lomba ini, maka Panitia Penyelenggara dapat meminta para
atlet untuk memasang identifikasi nomor tambahan yang dapat melekat pada bagian samping
celananya. Atlet tidak diperkenankan berlomba tanpa memasang nomor bib
dan/atau identifikasi yang berlaku baginya.
2.
Start
a.
Dalam lomba lebih dari 400m aba-abanya adalah “on
your mark” ("Bersedia”) dan
jika semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah
diaktifkan.
b.
Seorang atlet setelah mengambil posisi
sesuai dengan aba-aba, tidak boleh memulai gerakan startnya sebelum tembakan
pistol atau diaktifkannya alat start yang disahkan. Jika menurut Starter atau Recaller, atlet melakukannya
lebih awal, maka hal tersebut dianggap sebagai start salah.
c.
Hal berikut juga harus dianggap sebagai
start salah, jika menurut Starter :
d.
Seorang atlet gagal mentaati aba-aba
“bersedia” atau “siap” setelah suatu
tengat waktu yang layak.
e.
Seorang atlet setelah aba-aba
“bersedia” mengganggu atlet lainnya
dengan menggunakan suara atau cara lainnya.
f.
Dalam praktek, bila satu atlet atau
lebih berbuat start salah, atlet yang lain cenderung mengikutinya sehingga
seharusnya tiap atlet yang melakukan hal demikian juga telah membuat start
salah. Starter hanya akan memberi peringatan kepada atlet yang berbuat demikian
yang menurut pendapatnya bertanggung jawab terhadap start salah. Hal ini bisa saja terjadi terhadap lebih dari satu
orang atlet yang harus diberi peringatan. Bila start-salah itu bukan karena
kesalahan atlet, tidak ada peringatan yang perlu diberikan, dan
‘kartu-hijau’ harus ditunjukkan kepada
semua atlet.
g.
Starter atau
Recaller yang berpendapat bahwa suatu start telah berlangsung dengan tidak
jujur, dia harus memanggil kembali atlet dengan menembakkan pistol startnya lagi.
h.
Garis start lengkung terpisah harus
dibuat sedemikian rupa sehingga semua atlet akan menempuh jarak yang sama.
3.
Perlombaan
a.
Dalam perlombaan event 800 m harus dilarikan pada lintasan terpisah sampai
sejauh sisi terdekat “breakline”
setelah tikungan pertama tempat atlet boleh meninggalkan lintasannya
masing-masing. Breakline merupakan
garis lengkung selebar 5 cm, melintang track, dan ujung-ujungnya ditandai
dengan bendera setinggi minimal 1,50 m, ditancapkan di luar track 30 cm dari
garis lintasan terdekat.
b.
Untuk membantu
atlet mengenali breakline, kerucut atau prisma kecil (5cmx5cm), dan
tingginya tak lebih dari 15 cm dengan warna yang berbeda dari breakline dan
garis lintasan, dapat ditempatkan pada
garis lintasan tepat sebelum perpotongan garis lintasan dengan breakline.
c.
Atlet lomba yang mendesak atau
menghalangi atlet lain, sehingga menghambat gerak majunya, dapat dikenakan
diskualifikasi dari event tersebut. Wasit memiliki wewenang untuk mengulang
kembali lomba tanpa mengikut sertakan tiap atlet yang didiskualifikasi atau,
dalam kasus seri, memperbolehkan atlet yang terkena akibatnya secara serius
(selain yang dikenai diskualifikasi), untuk ikut berlomba dalam babak
berikutnya pada event tersebut.
4.
Babak
dan Seri:
a.
Babak penyisihan (seri)
harus diadakan dalam event lintasan, jika jumlah atlet terlalu banyak untuk dilaksanakan dalam
satu babak (final). Apabila babak penyisihan ini dilakukan, semua atlet harus
berlomba dalam babak ini untuk dapat lolos ke babak berikutnya.
b.
Untuk event 100m sampai dengan 800m, dan
estafet sampai dengan dan termasuk 4x400m, jika ada beberapa babak yang berurutan
dari suatu lomba, maka dalam babak pertama urutan lintasan harus diundi, untuk
babak berikutnya, atlet ditentukan peringkatnya setelah tiap babak. Dua undian
harus dibuat:
a)
Satu untuk empat atlet atau tim dengan
peringkat terbaik untuk menempati lintasan 3, 4, 5, dan 6.
b)
Satu lagi untuk empat atlet atau tim dengan peringkat lebih
rendah untuk menempati lintasan: 1, 2,
7, dan 8.
D.
Variasi
Latihan Lari Jarak Menengah 800 meter
1.
Variasi Latihan
Pada lari jarak menengah terdapat
jenis-jenis latihan yang digunakan untuk mengoptimalkan kemempuan yang
dimiliki. Jenis latihan tersebut adalah:
a.
Latihan daya tahan:
1) Jog-straigth
150 m, 45 menit
2) Fartlek
60 menit
3) Piramida
(100m, 200m, 300m, 400m) 3 repetisi
b.
Latihan kecepatan:
1) Akselerasi
150 m dan 200 m, 4 set
2) 150
m dan 80 m, 4 set
c.
Latihan daya tahan dan kecepatan:
1) 300
m, 8 repetisi
2) 600m,
1 repetisi dan 150m dan 200m 4 repetisi
d.
Latihan kekuatan:
Circuit
training dan weight training
e.
Latihan teknik:
1) Jump drill
(naik turun tangga, lompat tangga, lompat kun/gawang)
2) Ayunan
lengan (ayunan ditempat, ayunan satu tangan, ayunan lengan secara bersama)
3) Koordinasi
lari:
a) High Kness
(angkat paha), rendah - sedang – tinggi
b) Skip kicks
(angkat paha, paha diangkat kemudian kaki diluruskan kedepan)
c) Butt Kicks
(angkat paha, tungkai menyentuh pantat)
d) High Skipping
(angkat paha dengan lompatan)
e) Lari
kijang
f) Kaki
dilemparkan kedepan (kaki lurus)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam bukunya berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan
atletik sudah dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-nama seperti Eurialus, Epius,
Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut sebagai jago-jago lomba
berkuda, lari dan lempar lembing Odysseus saat itu disebut sebagai jago
lempar cakram yang belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus
dengan cakramnya diabadikan sebagai symbol atletik dan di Indonesia dipakai
sebagai lambang atau logo PASI.
2.
Gerakan lari jarak menengah berbeda
dengan lari jarak pendek. Lari jarak menengah gerakan lengan hanya sedikit
tekanan, kaki tidak diangkat terlalu tinggi, dan pendaratan kaki pada
ujung-tumit kaki.
3.
Dalam lomba lebih dari 400m aba-abanya adalah “on
your mark” ("Bersedia”) dan
jika semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah
diaktifkan. Dalam perlombaan 800 m harus
dilarikan pada lintasan terpisah setelah tikungan pertama tempat atlet boleh
meninggalkan lintasannya masing-masing.
4.
Latihan yang diberikan harus bervariasi
dan diberikan juga bermacam-macam permainan untuk mendukung atlet lebih
bersemangat dan tidak merasa bosan dalam menjalankan latihan.
B.
Saran
Untuk pelatih sebaiknya memberikan
latihan-latihan yang bervariasi dan menambah wawasan tentang program latihan,
agar atlet tidak merasa bosan dan dapat meningkatkan kemampuan secara
progresif. Juga memberikan teknik-teknik yang benar kepada atlet, tidak hanya
memerikan latihan tanpa memperhatihan teknik.
DAFTAR
RUJUKAN
Permana, Asepta Yoga. 2008. Bermain dan Olahraga Atletik. Surabaya: Insan Cendekia.
Bahagia, Yoyo. Pembelajaran
Atletik. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/194903161972111-YOY)O_BAHAGIA/PEMBELAJARAN_ATLETIK_(BUKU).pdf.,
diakses pada 4 April 2014).
Medler. 1996. Buku
Pedoman Lomba Atletik. Stadion Madya:__.
Rivai, Muhammad. 2010. Sejarah Atletik. (Online), (http://palesport.wordpress.com/2010/11/30/sejarah-atletik/, diakses pada
13 April 2014).
Hafni. 2014. Pembelajaran Teknik Lari Jarak Menengah. (Online), (http://www.materi-sma.com/2014/03/penjelasan-teknik-lari-jarak-menengah.html, diakses pada
13 April 2014.
izin copas ya kak
BalasHapusBagus dan sangat membantu buat anak-anak sekolah.
BalasHapusTerima kasih banyak atas tulisannya.
semoga sukses selalu